Seyum dong...senyummmm...cisss..jekkklekkk.. jadilah 3 pic berhasil kejepret. Senyumpun keluar dari bibir imut mereka \. Dengan malu² pus, ternyata mereka mau juga di foto. Mereka tidak pernah tahu sama sekali bahwa ini bukan hanya sekedar foto belaka tetapi ini adalah bagian dari tulisan blogku.
Pkl. 16.55 wita, sebelum siap ² untuk pulang kantor, jalan sore dulu ahh keliling gedung rektorat sekedar untuk mencari keringat. Ya, Kupang sore² begini sudah dingin. Itulah musim dingin bulan Juni dan Juli untuk area Kupang dan sekitarnya. Sambil jalan sore ketemu dua gadis kecil ini sedang sibuk mencari kayu api di sekitar area kantor. Sementara mamanya dan saudaranya mencari kayu api di area lainnya. Saya lalu mengambil Ponsel saya untuk mengabadikan moment ini. Di kota Kupang kota kasih ini masih menggunakan kayu api untuk memasak. Mungkin mereka adalah salah satu keluarga dari jumlah penduduk kota Kupang sekitar 450.000 jiwa (Data th. 2010) yang selalu mencari kayu api.
Sebenarnya masih banyak lagi yang sempat terpantau oleh mata, namun hati kecil ini lebih tersentuh untuk mengambil pic kedua gadis mungil ini. Di seputaran kampus Undana Penfui adalah lokasi yang paling sering saya lihat menjadi tempat pemungutan kayu bakar. Karena di lokasi Kampus Negeri kota Kupang ini banyak sekali kayu kering yang bisa diberdayakan oleh mereka yang butuh kayu bakar.
Di tahun 2011 ini masih juga masyarakat membutuhkan kayu bakar akibat dari harga minyak tanah dan gas elpiji yang melambung tinggi sehingga masyarakat ekonomi menengah ke bawah, harus berusaha mencari dan mengumpulkan kayu bakar.
Itulah realita hidup, sebagian orang bisa begitu santainya menikmati tabung gas elpiji tanpa harus berpikir berapa banyak duit yang dipakai, di sisi lain ada juga masyarakat yang menggunakan minyak tanah sebagai alternatif lain serta warga yang keseharian mereka tetap seperti jaman bahola menggunakan kayu bakar di jaman modern ini.
Anak-anak itu juga harus membantu orangtua mereka mencari kayu bakar, hmmm. Jaman kecil saya dulu mungkin agak sedikit gengsi untuk mencari kayu bakar seperti mereka. Ya mungkin keadaannya beda. Saya lebih beruntung dari pada mereka. Itu yang membuat saya selaluuuuuuuuuuuu “bersyukur” dengan keadaan dan latar belakang saya. Meskipun saya lahir dan dibesarkan di Maumere Flores, namun kehidupan kami di Flores boleh di bilang masih cukup layak dibandingkan dengan mereka yang masih kurang beruntung tetapi tinggal di ibukota Provinsi ini.
Hidup yang penuh dengan lika-liku hidup. Kadang kita harus kuat untuk menjalani hidup ini. Namun ada saja manusia yang sudah berkecukupan yang selalu mengeluh dan mengeluh karena tidak pernah puas dengan apa yang ia punya. Ya ialah karena setiap hari ia berhadapan dengan orang lain yang punya segala-galanya. Tetapi ia tak pernah menengok ke belakang bahwa masih banyak orang² yang tidak berkecukupan.
Pernahkah kita bersyukur dengan apa yang kita punya sekarang ini? Pernahkah kita tidak mengeluh lebih dari 3 kali dalam setiap masalah hidup kita? Pernahkah kita menerima secara ikhlas setiap rejeki yang sudah kita peroleh selama ini? Bila ada 2 jawaban anda yang mengatakan “pernah” maka anda adalah “Manusia”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar