Bila bekerja menggunakan perasaan, memang susah dan pasti tidak professional karena tidak produktif. Dan akan tercipta like and dislike dalam penempatan posisi dan tidak akan dipromosikan. Arena persaingan kerja saat ini menuntut orang untuk bukan hanya berusaha dan bekerja keras namun memaksa orang untuk menjilat dan berbuat curang, karena dengan begitu anda bisa bertahan untuk menjadi yang terbaik sekalipun dengan cara yang tidak bermoral.
Hey, legal gak sih…hari gini ngomongin moral, ke laut aje, ada satu temanku , Rasti yang suka gila-gilaan kodok (versi gw) kalau menanggapi setiap komentar dari “Geng RomuSa”.
Sementara Rasyid cowo itam, yang jarang mandi ini juga ikutan Garang sambil komat kamit sama sedotan aqua sambil bergumam : Dia tau tidak, dia pikir dia siapa, saya tiup langsung nyawanya hilang tinggal namanya saja yang mungkin tidak akan dikenal.
Wah…gawat nih, bisa hancur ni ruangan belum lagi Rasyid selain amarahnya sedang meninggi ditambah juga pukulan keras pada meja triplek di sudut kanan ruangan, untungnya meja itu gak roboh karena ada penopangnya. Suasana ruangan jadi terdiam, dengan raut wajah masing-masing anggota Geng Romusa yang pada cemberut-AN
Apa kata dunia kalau teman makan teman, eh jadi ingat lagunya Candy tuh, ih itu sih lain persoalannya. Kok semua jadi runyam gini, ayo Romusa bravo. Ada juga teman yang sedikit menghibur..
Topik diskusi hari ini tentang perasaan dan produktivitas. Dua hal yang berbeda namun kerap kita temui dalam situasi di mana saja, yang so pasti ada efek yang ditimbulkan. Kurang 3 jam tak habis-habis membicarakan tema ini bersama, itulah sesi berbagi pendapat, dan sindirian dari yang halus sampai kasar terjadi di sini tanpa batasan waktu dan rundown yang jelas. Masing-masing orang di kasih kesempatan sebebas-bebasnya untuk berpendapat. Dan tetap khusus sesi diskusi ini tak boleh menggunakan perasaan, apa yg disukai dan tidak disukai wajib diutarakan.
Diskusi yang dilakukan sekali sebulan ini memang dirancang untuk tidak formil, tanpa batasan waktu dan kebebasan untuk mengemukakan pendapat tetapi tetap ada moderatornya jadi ada aturannya.
Akhirnya tiba juga pada kesimpulan akhir bahwa setiap orang punya hak untuk mendapatkan yang terbaik apapun bentuknya. Semua kerja keras akan membuahkan hasil dan akan bertahan lama bila tidak saling mendahului.
Yang paling mengesankan adalah bulan ini si Manda, di akhir diskusi menghadiahkan sebuah buku dengan judul Mendobrak Individulisme yang di cetak khusus untuk Geng RomuSa, dimana tulisan ini terinspirasi dari diskusi yang baru berlangsung selama setahun ini, tak sadar kalau selama ini diam-diam Manda menyimak betul proses diskusi yang berlangsung, masing-masing karakter tergambar dalam tulisan Manda, tidak ada yang protes dan ini adalah hadiah yang diberikan Manda dalam rangka ulang tahun Geng RomuSa.
Geng Romusa dengan akronim Rombongan Muda-mudi Salah Tingkah kalau udah kebelet. Geng yang berjumlah 20 anggota tetap dan lain-lain anggota pasif ini berasal dari latar belakang yang berbeda, dan profesi yang berbeda-beda sehingga segala unek-unek yang dialaminya bisa di ungkapkan. Tapi jangan salah anggota pasif benar-benar diseleksi sedemikian rupa sementara anggota aktif punya sumpah anggota lho.
Dengan motto Geng RomuSa : hindari penyakit gila Kronis. Ckckckckkc