Minggu, Juni 05, 2011

T323 libriani

Cinta bisa mengalahkan segalanya, hm kalau rasa kangen datang, bawaannya wajib ketemuan setiap saat, karena kalau tidak melihat wajahnya yang rupawan serasa ada yang kurang, karena entah mengapa rasa dan ingin yang besar untuk selalu tetap bersamanya muncul tatkala tak bisa dipendam lagi untuk selalu selalu selalu ada di dekatnya. Perasaan cinta yang nenggebu-gebu ini tak bisa hanya diam di tempat saja tetapi benar-benar harus terucap kalau cinta itu ada, tak kenal waktu, ruang, tempat dan PERBEDAAN.

Perbedaan selalu menjadi penghalang dalam menjalin hubungan percintaan dan coba kita simak secara seksama, sesungguhnya manusialah yang menciptakan perbedaan sehingga penjadi jurang penghalang setiap hubungan seperti perbedaan agama, yang menurut kacamata saya, agama itu boleh beda sesungguhnya tidak ada ajaran agama yang buruk, semuanya mengajarkan banyak kebaikan pada akhirnya yang kembali kepada sang pencipta. Tidak ada satu agama saja yang umatnya masuk surga jadi perbedaan agama bukanlah masalah yang patut dipermasalahkan bila masing-masing pasangan dan keluarganya punya prinsip saling Cinta dan kasih mengasihi. Tapi Manusia jualah yang membuat jurang pemisah sehingga banyak kekasih yang harus menahan, menolak, dan berpisah hanya karena beda agama.

Cinta tak harus memiliki, kalimat ini hanya cocok untuk orang yang sudah punya pasangan Tetap (ada yang harus dibayar), punya keluarga yang sudah terbina, sehingga bila kita mengharapkan cinta dari situasi seperti ini, jelas bertentangan karena pandangan saya, banyak pribadi yang kita sakiti dan khianati bila harus bekerja keras memperebutkan cinta yang terlarang. Ini sih benar-benar terlarang seperti kata DEWA = pupus abis deh.

Hal yang dimunculkan oleh manusia yang menyebabkan harus kandasnya suatu hubungan percintaan adalah status ekonomi. Yang kaya akan mencari pasangan yang selevel dengannya kalau tidak apa kata keluarga, dan ocehan dari berbagai kalangan. Yah cinta ini hanya diciptakan demi gengsi dan harga diri (biasanya tidak bertahan lama dan penuh dengan kemunafikan dan kebohongan, sekalipun gelimang harta tapi menjalin hubungan bisa saja karena tidak cinta).

Berikutnya orang tidak bisa menikmati hubungan percintaan karena beda suku, huh lagi-lagi ras dipermasalahkan karena disebabkan oleh stigma yang juga dari hasil karya manusia kalau suku A lebih baik dari suku B. Suku C banyak tipunya dan tukang cari perkara atau suku D sombong-sombong, suku E kasar-kasar orangnya, Suku F matrelistis, pokoknya banyaklah secara di Indonesia banyak suku apalagi di dunia.

Mau tahu, mengapa kadang hubungan dan rasa cinta harus berakhir hanya karena beda pendapat. Ini dia yang kadang-kadang menjadi hal lucu yang diperdebatkan. Namanya manusia, yang nota bene lahirnya beda situasi, bentuk kepala yang berbeda-beda apalagi isi kepala. Beda pendapat yang oleh beberapa pasangan dijadikan penghalang untuk melanjutkan suatu hubungan yang terbina adalah ketika salah satu pihak tidak ada yang mau mengalah demi pasangannya. Ini kan faktor yang diciptakan sendiri.

Hubungan jarak jauh yang membuat manusia kadang tidak bertahan lama untuk menciptakan kesetiaan pada pasangannya karena mereka melihat bahwa hubungan jarak jauh menjadi faktor kendala. Ini juga salah satu faktor penting yang harus kita pikirkan kalau kita menjalin hubungan dengan seseorang yang nota bene kita sama sekali tidak berdekatan dengannya dalam waktu yang lama sebagai teman hidup kita, untuk apa kita memulai percintaan dengannya, karena hanya buang-buang waktu saja dan sebaiknya situasi seperti ini kita jadikan sebagai teman baik agar tidak menyusahkan kedua belah pihak. Sementara bila kita menjalin hubungan dan suatu hari kelak kita dihadapkan dengan situasi dimana tiba-tiba kita harus mengalami kondisi perbedaan jarak jauh yang relatif singkat dan akan dipertemukan kembali selayaknya kita harus bisa setia dalam banyak hal. Namun tidak semua orang bisa bertahan dengan kondisi jarak jauh dengan pasangan hanya karena tidak setia.

Satu kesimpulan terakhir yang bisa saya ambil bahwa sesungguhnya manusia yang menjadi penyebab segala-galanya, manusia yang merasa dirinya paling baik, paling benar, paling bagus yang menjadikan manusia lain berbeda. Padahal Tuhan saja tidak membeda-bedakan hasil ciptaanNya.