Sabtu, April 24, 2010

REWARD

saya paling suka surfing dan mendapati tulisan yang menurut mata hati saya bermanfaat. thx buat: http://rijalfadilah.net/?p=487 <----jadi inspirasi buat saya.
Hampir setiap hari senin, salah satu rekan di friendlist facebook selalu meng-update statusnya dengan kata-kata singkat “ah biasa aja…” atau “nothing special..” sebenarnya saya jarang sekali berkomunikasi dengan rekan tersebut karena terakhir ketemu di acara wisuda saat kuliah dulu, ya sekedar bertegur sapa saya tertarik untuk iseng mengomentari “ ya kalau mau special pake telur boss..”, eh malah dia menanggapi dengan seloroh “gak usah pake telur aja bisa, apalagi ditambahi telur bung…” Sebenarnya dia kenapa sich? Koq sampai sebegitunya setiap hari senin selalu menulis kata-kata yang sama di status facebooknya? Sepertinya ada “rutinitas” yang terjadi di hari senin nya, ketika rekan-rekan yang lain cukup menuliskan “I H M” di status facebooknya..

Melalui jalur pribadi menjelang berakhirnya jam kantor saya berkesempatan chatting singkat dengan dia, ya sekedar bertanya koq status itu sering muncul di hari senin nya, ternyata eh ternyata ada suatu hal terjadi yang mungkin baginya “biasa saja” namun bagi orang lain –mungkin– itu yang luar biasa.

Dalam bukunya yang berjudul Recognizing and Rewarding Employees, Bowen menyebutkan bahwa “Reward is something given or received in return for service”(Bowen, 2002:2).

Reward diterima oleh pekerja melalui pemberian kompensasi. Menurut Nitisemito, “Kompensasi bagi organisasi perusahaan berarti penghargaan bagi para pekerja yang telah memberikan kontribusi dalam mewujudkan tujuannya melalui kegiatan yang disebut bekerja” (Nitisemito 1996:90)

Reward dalam bentuk kompensasi yang diberikan terdiri atas 2 jenis yaitu :
Financial Compentation, merupakan kompensasi yang bersifat finansial dan diterimakan dalam bentuk uang.
NonFinancial Compensation, kompensasi bersifat non finansial termasuk dalam isi kerja dan lingkungan kerja.

Manusia akan bersedia untuk bekerja bila atas hasil kerjanya ia mendapatkan balas jasa berupa reward dalam bentuk pemberian kompensasi baik bersifat uang secara langsung (financial reward) dan bukan bersifat uang (nonfinancial reward).

Cherrington di dalam bukunya juga menyatakan bahwa, “People are willing to work in exchange for the inducements or all of the rewards they receive for working. These inducements include both financial and nonfinancial rewards.” (Cherrington 1995:403)

Jadi disimpulkan bahwa financial reward terdiri atas upah pokok, tunjangan dan insentif. Sedangkan nonfinancial reward adalah isi kerja dan lingkungan kerja.

Manusia adalah makhluk yang mempunyai kecenderungan fitrah untuk diakui eksistensinya. Dengan adanya kecenderungan ini, sangat wajar jika seseorang telah melakukan sesuatu maka ia berhak mendapat sesuatu juga. Apresiasi yang diberikan dapat berupa respon positif, dukungan, keterlibatan aktif hingga ‘sekedar’ kesediaan mendengar keluhan, uneg-uneg dan empati terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi.

Dalam pandangan saya di dunia organisasi, keberadaan suatu struktur tidak akan berfungsi dengan baik jika tidak diikuti mekanisme yang mengatur jalannya sistem. Mekanisme yang ideal tersebut semestinya berisi aturan yang memperhatikan sisi profesionalisme kerja sekaligus sisi humanisme. Sisi profesionalisme mencakup aturan yang menjamin setiap orang bekerja sesuai dengan deskripsi kerjanya masing-masing dengan optimal. Dan dari sisi humanisme, tercakup aturan mengenai pola interaksi yang menjamin kenyamanan kerja setiap orang yang berada dalam organisasi tersebut. Misalnya mekanisme komunikasi, team building, mekanisme kerjasama, dsb. Sebenarnya antara sisi profesionalisme dan sisi humanisme tidak bisa benar-benar dipisahkan. Misalnya dalam mekanisme diskusi – yang punya kecenderungan lebih pada sisi profesional – pun juga harus memiliki sisi humanisme. Yaitu bagaimana menjamin agar semua peserta yang terlibat dalam diskusi merasa nyaman untuk berpendapat dan terlibat aktif –yang hal ini lebih cenderung pada sisi humanisme.

Namun, adanya mekanisme ini belum bisa menjadi jaminan organisasi dalam mencapai tujuan. Ada banyak faktor yang berpengaruh dalam pencapaian tujuan. Pertama, faktor sistem, yaitu apakah sistem sudah mendukung setiap orang untuk optimal di wilayah kerjanya masing-masing? Termasuk didalamnya apakah sistem sudah mengatur mekanisme pembagian kerja dan deskripsi kerja setiap orang dengan jelas. Kedua, faktor personal, apakah setiap orang yang berada dalam organisasi memahami perannya masing-masing dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan kerjanya? Ketiga, apakah ada mekanisme evaluasi yang bisa menjadi sarana pengontrol tercapai tidaknya tujuan organisasi. Termasuk melakukan analisis apabila ada kegagalan-kegagalan organisasi.

Lalu apakah keterkaitan antara deskripsi teoritis dengan prolog singkat tentang rekan saya tersebut? Singkat cerita, hampir bisa dipastikan pada setiap hari senin dia selalu mendapatkan reward dari organisasi tempat ia bekerja. Tentu saja saya tidak sungkan-sungkan mengucapkan “proficiat bro..”, namun kenapa koq menurutmu biasa saja? Nothing special?

Menurutnya, hal itu biasa saja, nothing special, karena apa yang dikerjakannya adalah memang sesuai dengan deskripsi tugasnya, tidak lebih. Fungsi organisasi yang dijalankan dalam lingkungan kerjanya telah berjalan dengan baik sehingga dalam menjalankan tugasnya dia tidak membutuhkan kerja ekstra untuk lebih menunjukkan profesionalismenya. Katanya, “ya memang itu tugas saya kok, ketika saya masuk kerja disini diberi penjelasan tentang “job desc” ya sudah saya tinggal melaksanakannya saja kan, dalam prakteknya meskipun dikejar-kejar dengan target harus ini – harus itu, ya tinggal jalankan saja, lha wong sistemnya sudah terbentuk demikian koq..”

Karena saat itu jam sudah menunjukkan pukul 18.50 wita, sudah waktunya saya untuk “mencangkul” di tempat lain, saya buru-buru bertanya : “Jadi menurutmu yang spesial apa bro?”. Jawabnya : “Reward bagi saya bisa jadi spesial jika saya bekerja bisa mencapai lebih dari sekedar deskripsi tugas yang memang harus saya jalani atau ada target di atas itu yang bisa memajukan organisasi kerja bersama-sama. Atau reward itu lebih berharga, jika dalam suatu kesempatan organisasi tempat saya bekerja memiliki mekanisme pengontrolan kerja bukan hanya top-down vertikal-horisontal, tapi juga ada mekanisme kontrol yang lebih bersifat “duduk bersama”, berdiskusi, mengungkapkan uneg-uneg bersama, tidak hanya “diadili” dari satu pihak”.

Baiklah jika demikian… lagi-lagi saya mendapatkan kesempatan berharga untuk belajar lebih jauh tentang organisasi dari seorang kawan lama…

Biasanya kalau ada reward pasti ada punishment, kapan-kapan saya akan coba mencari rekan di friendlist yang statusnya berbau-bau punishment ahhh..