Senin, Juni 01, 2009

Banyak orang pintar tapi miskin


Kemampuan otak tidak menjamin orang untuk bisa kaya. Buktinya banyak orang yang pintar tapi penghasilannya pas-pasan, atau malah nganggur, sementara banyak juga orang yang tidak sampai tamat sekolah atau malah tidak pernah sekolah tapi bisa jadi Direktur atau pemilik perusahaan, dan tentunya punya uang yang banyak. Mengapa bisa begitu? Ternyata ini bisa dibuktikan dengan rumus tentang usaha yang kita dapat di kelas 1 SMP dulu.

Rumus dari Usaha adalah

W = P x t 

Dimana
W = Usaha (Work)
P = Daya (power)
t = waktu (time)

Jadi, t = W / P

Diketahui:
Waktu adalah uang; Time = Money
Pengetahuan adalah kekuasaan; Knowledge = Power

maka rumus diatas bisa diubah menjadi:

Uang = Usaha / Pengetahuan

Jadi kesimpulan berdasarkan rumus diatas,
Jika pengetahuannya sama atau konstan, yang usahanya lebih banyak akan mendapat uang lebih banyak juga.

Jika usahanya konstan, maka yang pengetahuannya lebih banyak akan mendapat uang lebih sedikit, dan kalau pengetahuannya mendekati tak terhingga, uang yang didapat akan mendekati nol.

Sebaliknya, yang pengetahuannya lebih sedikit akan mendapat uang lebih banyak, dan jika pengetahuannya mendekati nol, biarpun usahanya cuman mrongos thok doang, uang yang didapat akan mendekati tak terhingga.
Tipe manusia dalam menghadapi tekanan hidup ini.

Tipe pertama, tipe kayu rapuh. Sedikit tekanan saja membuat manusia ini patah arang. Orang macam ini kesehariannya kelihatan bagus. Tampil trendy dan tampak menyakinkan. Bicaranya juga enak didengar dan mantap. Tapi, diam-diam rapuh dan keropos sekali mental dan pola pikirnya. Orang ini gampang sekali mengeluh pada saat kesulitan terjadi. Merengek-rengek untuk masalah sepele dan tidak punya harga diri demi sedikit bantuan. Bahkan tidak jarang melarikan diri ke obat-obatan terlarang dan minuman keras dengan segala night life-nya. Tipe ini mudah sekali berputus asa meskipun tampilan luarnya mentereng ngejreng.

Sedikit kesulitan menjumpainya, orang ini langsung mengeluh, merasa tak berdaya, menangis, minta dikasihani atau minta bantuan ke sana kemari. Bahkan berteriak-teriak minta perhatian orang lewat curhat dsb. Tipe ini juga gemar mempermasalahkan kemajuan yang diraih orang lain. Orang ini perlu berlatih mental untuk berpikiran positif dan berani menghadapi kenyataan hidup yang sulit.

Majalah Time pernah menyajikan topik generasi kepompong (cacoon generation). Time mengambil contoh di Jepang, di mana banyak orang muda menjadi sangat rapuh karena tidak terbiasa menghadapi kesulitan. Tidak seperti pendahulunya yang sangat tangguh sekalipun dipaksa menyerah oleh dua bom atom yang sangat dahsyat. Menghadapi orang macam ini, kadang kita harus lebih berani tega. Sesekali mereka perlu belajar dilatih menghadapi kesulitan. Posisikan kita sebagai pendamping mereka, bukan penolong belaka.

Tipe kedua, tipe lempeng besi. Orang tipe ini biasanya mampu bertahan dalam tekanan tapi pada awalnya saja. Namun seperti layaknya lempeng besi, ketika situasi menekan itu semakin besar dan rumit, ia mulai goyah, melenting, bengkok dan tidak stabil. Demikian juga orang-orang tipe ini. Mereka mampu menghadapi tekanan, tetapi tidak dalam kondisi berlarut-larut.

Tambahan tekanan sedikit saja, membuat mereka mulai menyerah dan putus asa. Untungnya, orang tipe ini masih mau mencoba bertahan sebelum akhirnya menyerah. Tipe lempeng besi memang masih belum terlatih. Tapi, kalau mau berusaha, orang ini akan mampu membangun kesuksesan dalam hidupnya.

Tipe ketiga, tipe kapas. Tipe ini cukup lentur dalam menghadapi tekanan. Saat tekanan tiba, orang ini mampu bersikap fleksibel. Cobalah Anda menekan segenggam kapas. Ia akan mengikuti tekanan yang terjadi. Ia mampu menyesuaikan saat terjadi tekanan. Angin puting beliungpun tak dapat membuat dia hancur, justru terbang mengikuti tiupan badai. Tapi, setelah masalah berlalu, dengan cepat ia bisa kembali ke keadaan semula. Ia bisa segera melupakan masa lalu dan mulai kembali ke titik awal untuk memulai lagi sekalipun di tempat yang berbeda.

Tipe orang seperti ini memiliki kemampuan adaptif yang sangat tinggi, bahkan dalam situasi ganas sekalipun. Namun dia cenderung pasif (jawa: nrimo) pada keadaan sambil mencari cara untuk keluar dari kesulitan dan sabar menanti sampai kondisi kembali membaik. Pada umumnya tipe ini sudah memiliki kemampuan spritual yg baik.

Tipe keempat, tipe manusia bola karet. Inilah tipe yang ideal dan sekaligus yang terhebat. Jangan sekali-kali menyuguhkan tekanan atau masalah pada orang-orang ini karena tekanan dan bantingan sekalipun justru akan membuat mereka bekerja lebih giat, lebih termotivasi, dan lebih kreatif bahkan semakin taktis dan strategis. Coba perhatikan bola karet yang kenyal. Saat dibanting, justru ia memantul (rebound) ke atas dengan lebih dahsyat. Masalah adalah peluang dan resiko adalah keuntungan tersembunyi bagi tipe ini.

Tipe ini jenis manusia ideal. Kombinasi kecerdasan intelektual dan spritual dalam jiwanya cukup tinggi, begitu juga kemampuan kecerdasan emosionalnya. Masalah adalah peluang, resiko adalah imbal hasil begitu kira-kira pedoman hidupnya. Orang jenis ini mampu bertahan dan berbalik sukses dalam situasi buruk sekalipun. Para pendiri kerajaan bisnis dunia seperti Microsoft, Apple, Toyota, Fujitsu, Hawlett-Packard, Sony, GM, GE, Nokia dan IBM adalah contohnya.

Saya teringat kisah hidup motivator dunia Anthony Robbins dalam salah satu biografinya. Untuk memotivasi dirinya, ia sengaja membeli suatu bangunan mewah, sementara uangnya tidak memadai. Tapi, justru tekanan keuangan (yang disengaja) inilah yang membuat dirinya semakin kreatif dan tertantang mencapai tingkat finansial yang diharapkannya.

Tipe kelima, Tipe manusia lilin. Tipe ini merupakan tipe yang unik karena sangat fleksibel, bijaksana dan senantiasa jadi penerang bagi orang lain. Lilin siap dibentuk menjadi model serumit apapun bahkan model para pesohorpun menggunakan bahan lilin. Siap diberi warna apapun juga dengan segala kombinasinya. Dari desain sederhana seperti bola sampai yang paling rumit sekalipun dapat dia capai. Fleksibilitas orang tipe ini ditentukan oleh kebijaksanaannya dalam melihat hidup. Jika ditekan, atau dihancurkan sekalipun, orang ini mampu dibentuk kembali ke kondisi asalnya. Bahkan dibakarpun dia justru memberi sinar kehidupan dan inspirasi bagi orang disekitarnya. Dalam situasi resiko terburukpun dia selalu menang, dimana orang lain semua bangkrut, dia justru mendapatkan keuntungan besar. Luar Biasa bukan?

Dia tipe manusia yang sabar dan bijak sekaligus sederhana. Pengalaman orang lain dijadikan ilmu, kesalahan orang lain dijadikan pengetahuan. Mereka punya kecerdasan intelektual dan spritual dalam jiwanya sangat tinggi, begitu juga kemampuan kecerdasan emosionalnya yang handal. Menilai orang bukan dari penampilannya tapi dari ilmunya. Raja sejati tak pernah memakai mahkotanya, begitu pendapatnya. Orang jenis ini lebih langka dibanding tipe bola karet. Tipe jenis lilin mampu merangkak dari bawah untuk menjadi yang terbesar. Namun pada umumnya mereka hidup sederhana sekalipun kaya raya dan senang menolong sesama. Helping others make your success true meaning ........( artinya kira-kira: menolong sesama membuat kesuksesan kita penuh arti).

Contoh orang tipe ini adalah Warren Buffet, sang mega investor, yang tinggal sederhana di pedesaan Omaha USA. Pada saat dia menjadi orang terkaya ke-2 di dunia dan hampir separuh kekayaannya (Rp. 300 trilyun) disumbangkan ke yayasan sosial milik orang terkaya di dunia, Bill Gates untuk kepentingan komputer murah, AIDS, Air bersih dll di negara miskin. Setelah "kehilangan" kekayaannya dia turun peringkat jadi rangking 4 orang terkaya di dunia, namun kedermawanannya dibalas Tuhan, hanya dalam waktu 6 bulan, Warren Buffet dinobatkan sebagai orang terkaya di jagat ini.

Pesannya: takutlah saat orang lain serakah, dan beranilah saat orang lain ketakutan (akibat keserakahannya) dan dalam berinvestasi dia selalu memanfaatkan peluang yg diciptakan oleh orang2 "bodoh" di pasar modal.

Dalam Kesulitan ada Kemudahan

Sebuah kesuksesan belum tentu membuat orang lain senang bukan? Misalnya kesukses seorang penjual (salesman) membuat atasannya tidak suka. Akibatnya, justru dengan sengaja dipindahkan ke daerah yang lebih parah kondisinya. Tetapi, bukannya mengeluh seperti rekan sebelumnya di daerah tersebut. Malahan, ia berusaha membangun jaringan (network), mengubah cara kerja, dan membereskan organisasi. Di tahun kedua di daerah kacau tersebut, justru dia berhasil masuk dalam daerah tiga besar (top sales).

Contoh lain adalah novelis dunia Fyodor Mikhailovich Dostoevsky. Pada musim dingin, ia meringkuk di dalam penjara dengan deraan angin salju dingin menggigit tulang, lantai penuh kotoran, dan kerja paksa banting tulang tiap hari. Namun, Siberia yang beku tidak berhasil membungkam kreativitasnya. Dari sanalah ia melahirkan karya-karya tulis besar, seperti The Double dan Notes of The Dead. Ia akhirnya menjadi sastrawan kaliber dunia. Hal ini juga dialami Pramoedya Ananta Toer. Sastrawan Indonesia yang menghabiskan separuh hidupnya di penjara pulau Buru. Namun Pram tetap mampu meraih berbagai penghargaan sastra tingkat dunia dan menjadi satu-satunya orang Indonesia yang masuk dalam daftar Kandidat Pememang Nobel Sastra. Terali besi tidak dapat membuat seekor Elang menjadi burung pipit bukan?

Itu hanya contoh kecil. Yang penting sekarang adalah Anda. Ketika Anda menghadapi kesulitan, seperti apakah diri Anda? Bagaimana reaksi Anda? Tidak menjadi persoalan di mana Anda saat ini. Tetapi, yang penting bergeraklah dari level tipe kayu rapuh ke tipe selanjutnya. Hingga akhirnya, bangun sikap mental dan pola pikir anda hingga ke level bola karet yang hebat atau bahkan tipe lilin yang langka. Saat itulah, kesulitan dan tantangan tidak lagi menjadi suatu yang mencemaskan untuk Anda bahkan peluang berharga yang anda rindukan.

Sekuat itukah mental Anda? Secerdas itukah emosi anda? atau sebrilyan itukah intelektual anda? Atau sedalam itukah spiritual anda? Namun saya percaya anda sebenarnya orang hebat dan mampu memanfaatkan setiap kesulitan menjadi peluang baru bagi kehudupan anda. Sukses selalu.

Diinspirasi oleh: 4 Tipe Manusia Hadapi Tekanan Hidup oleh
Anthony Dio Martin